Download File: Komoditi Ikan Patin
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
termasuk jenis-jenis ikan. Disamping itu, ikan adalah yang dapat diterima oleh
semua orang, semua kalangan, semua negara, semua suku dan agama. Nilai gizi
dari ikan berdasarkan hasil penelitian para ahli dapat menigkatkan kesehatan
dan kecerdasan, sehingga memakan ikan merupakan salah satu usaha meningkatkan
gizi dan kecerdaasan masyarakat.
Indonesia
merupakan negara maritim dengan kekayaan sektor perikanan yang sangat melimpah.
Selain hasil perikanan laut, potensi dari sektor perikanan juga didominasi oleh
perikanan air tawar. Aneka komoditas air tawar baik yang merupakan hasil
budidaya maupun tangkapan alam
setidaknya menyumbang 1,1 juta ton dari total keseluruhan 12 juta ton produksi
perikanan nasional.
Kebutuhan pasar Internasional akan komoditas hasil
perikanan sangat tinggi, hal tersebut seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat dunia akan pentingnya kesehatan. Indonesia sendiri
sebagai salah satu eksportir hasil perikanan telah mengekspor komoditas hasil
perikanan ke berbagai Negara di belahan dunia. Salah satu komoditas yang
menjadi unggulan adalah ikan patin.
Ikan patin masih sekerabat dengan
ikan Lele dan baung yang merupakan ikan yang memiliki kumis. Patin saat ini dapat dibudidayakan
di wadah kolam, karamba atau pun jaring apung. Di jambi ikan ini dibudidayakan
dengan baik di dalam kolam dan jaring apun yang tersebar di sepanjang sungai
batang hari. Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli
Indonesia yang tersebar
di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki
kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak,
lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman
untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengandaging
hewan ternak.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis-jenis ikan
patin?
2.
Dimana daerah penangkapan (fishing
ground) ikan patin?
3.
Apa alat tangkap yang
digunakan untuk menangkap ikan patin?
4.
Bagaimana pengolahan ikan
patin?
5.
Bagaimana pemasaran ikan
patin?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui apa saja
jenis-jenis ikan patin.
2.
Untuk mengetahui daerah
penangkapan (fishing ground) ikan patin.
3.
Untuk mengetahui alat tangkap
yang digunakan untuk menangkap ikan patin.
4.
Untuk mengetahui hasil olahan
dari ikan patin.
5. Untuk mengetahui bagaimana pemasaran ikan patin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis-Jenis Ikan Patin
Ikan patin (Pangasius
sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi.
Jenis–jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak, ada dua macam ikan patin
yang dikenal yaitu patin local (Pangasius
pangasius) atau sering pula disebut jambal (Pangasius djambal) dan patin Bangkok atau patin Siam (Pangasius
hypophtalamus sinonim P. sutchi).
Selain
itu, jenis-jenis ikan patin lainnya antara lain Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma,
Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodo, Pangasius niewenhuisii. Pangasius hypophtalmus yang
dikenal sebagai jambal
siam atau lele bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordik, 2005).
Menurut
Warintek (2002), kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak diantaranya Pangasius
polyuranodo (ikan juaro), Pangasius macronema (ikan Rios, Riu,
Lancang), Pangasius micronemus (ikan Wakal, Riuscaring), Pangasius
nasutus (ikan Padado), Pangasius nieuwenhuisii (ikan Lawang).
1.
Pangasius pangasius (Pangasius djambal)
Patin jambal memiliki
sungut rahang atas jauh lebih panjang
dari setengah panjang kepala dan hidung sedikit menonjol kemuka serta mata agak ke bawah.
2.
Pangasius hypopthalmus
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan jenis ikan catfish yang berasal dari perairan
Negara Thailand dan Vietnam. Ikan patin merupakan salah satu komoditas
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik pada tahap pembenihan
maupun pembesaran. Ikan ini mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1972
(Hardjamulia et al., 1981). Kandungan
protein ikan ini cukup tinggi dengan kadar kolesterol yang relatif rendah serta
memiliki kandungan kalori, sehingga ikan ini baik untuk dikonsumsi (Khairuman,
2002). Di Indonesia teknik kawin suntik ikan ini mulai dikembangkan sejak tahun
1981 (Hardjamulia et al., 1981).
Bentuk tubuh agak memanjang, kepala berbentuk simetris, badan licin tidak
bersisik, mulut agak lebar, mempunyai 2 pasang sungut, mata terletak agak ke
bawah. Ikan patin siam dicirikan oleh sirip punggung yaitu D.I.4-7, sirip dada
P.I.5-9, sirip perut V.3-8, anal A.30-33, serta mempunyai sirip tambahan adifose
fin antara sirip punggung dan sirip ekor, bercagak dengan tepinya agak
putih. Antara sirip kiri kanan harus seimbang. Warna tubunya abu-abu kehitam-hitaman pada bagian
punggung mulai dari daerah kepala sampai bagian ekor dan putih keperakan pada
bagian perut (BSN, 2000).
3.
Pangasius nasutus
Moncong
ikan ini bentuknya runcing tajam dan sangat mencolok. Kumpulan gigi veromine
lebarnya tiga kali panjangnya. Matanya sangat kecil (enam kali lebih pendek
daripada panjang kepala) dan terletak di atas gari sudut mulut. Jumlah
jari-jari siripdubur relatif sedikit. Ketika mulutnya tertutup,gigi-gigi rahang
atas terlihat semua. Penyebaran ikan ini di Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia.
4.
Pangasius polyuranodo
Ikan
ini dikenal juga dengan sebutan ikan juaro. Tubuhnya berwarna putih seperti
mutiara dengan punggung kehitam-hitaman. Bentuk tubuhnya tinggi dengan sirip
punggung memiliki tujuh jari-jari lunak dan dua buah jari-jari keras yang salah
satu di antara menjadi senjata yang sangat ampuh berupa patil yang sangat kuat.
Sirip lemak pada punggungnyakecil sekali, sementara sirip ekornya bercagak
simetris.
Sirip duburnya panjang dan memiliki 35-40 jari-jar
lunak. Sirip perut memiliki enam buah jari-jari lunak, sedangkan sirip dada
memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang sangat kuat yang
juga berfungsi sebagai patil.
Di
dekat lubang hidungnya terdaat sungut peraba dari rahang atas yang berpangkaldi
sudut mulut dan ujungnya sampai di pangkal sirip dada. Sungut peraba pada
rahang bawah pendek. Panjang tubuh dapat mencapai 50cm, hidungnya di
sungai-sungai. Penuebarannya di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Thailand.
5.
Pangasius nieuwenhuisii
Gigi
veromine dan palatine atau dalam bidang lebar. Tonjolan tulang lengan pada
pangkal sirip dada memanjang sampai dua pertiga atau tiga perempat jaraknya
dari ujung sirip dada. Moncongnya meruncing. Penyebaran ikan ini di Kalimantan
Timur.
6.
Pangasius macronema
Ikan
ini memiliki sungut yang lebih panjang daripada kepala. Gigi veromine
terpisah-pisah, terdapat 37-45 sisir saring tipis pada lengkung insang pertama.
Garis di tangah badan dan pada perut jelas terpisah di
awal sirip dada. Penyebaran ikan ini meliputi daerah Jawa, Kalimantan, dan
Indocina.
7.
Pangasius micronemus
Ikan
ini memilikigigiveromine terpisah atau bertemudi satu titik, matanya sangat
besar (kira-kira seperempat panjang kepala), moncong berbentuk segi, cuping
rahang bawah memanjang daripada membulat, tonjolan tulang lengan pada pangkal
sirip dada sangat pendek.
Sungut
rahang atas memanjang sampai pinggiran belakangmata atau melampauinya.terdapat
13-16 sisir saring pada lengkung insang pertama. Ikan ini terdapat di Kepulauan
Sunda dan Thailand
Berikut ini adalah tabel dari berbagai jenis ikan patin yang ada
di Indonesia.
Nama
Ilmiah
|
Nama
Lokal
|
Daerah
Sebaran
|
Besar
Maks.
|
|
Helicophagus
waandersii
|
Patin
muncung
|
Sumatera,
Kaltim
|
50 cm
|
|
Pangasius
niewenhuisi
|
Lawang
|
Jawa,
Sumatera, Kalimantan
|
60 cm
|
|
Pangasius
polyuranodon
|
Juaro
|
Sumatera,
Kalimantan
|
80 cm
|
|
Pangasius
nasutus
|
Patin
|
Jawa,
Kalimantan
|
90 cm
|
|
Pangasius
jambal
|
Jambal,
Patin
|
Jawa,
Sumatera Kalimantan
|
>120
cm
|
|
Pangasius
micronema
|
Wakal
|
Jawa,
Kalimantan
|
60 cm
|
|
Pangasius
macronema
|
Rioscaring,
lancang, Riu, Rios
|
Kalimantan
Barat
|
20 cm
|
|
Pangasius
humeralis
|
Patin
|
Kalimantan
Barat
|
40 cm
|
|
Pangasius
lithostoma
|
Patin
|
Kalimantan
|
20 cm
|
B. Daerah Penangkapan (Fishing Ground) dan Alat Tangkap Ikan Patin
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri
dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha
merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di
Indonesia. Ikan patin liar melimpah di sungai saat musim hujan di lokasi yang
relatif dalam, sedangkan saat kemarau hanya terdapat di lubuk-lubuk yang secara
historis memang merupakan rumah bagi ikan patin. Saat musim hujan, ikan
ini menyebar bermigrasi secara massal dari lubuk-lubuk tempat musim kemarau
bersembunyi dan bergerak ke arah hilir. Pada saat inilah ikan ini terlihat
dengan jelas populasinya melimpah.
Lokasinya bisa di sembarang tempat, asalkan lebih dalam
dibanding rata-rata kedalaman sungai. Kalau musim kemarau mancingnya di
lubuk-lubuk konvensional yang memang secara historis ada ikan patinnya,
sedangkan saat musim hujan maka wilayah mancingya bisa lebih luas. Saat musim
hujan baik mancing siang dan malam hari peluangnya sama saja dalam menaikkan
ikan jambal ke pinggir sungai, tetapi saat musim kemarau tiba, mancing malam
lebih berpeluang menaikan ikan ini ke darat.
Ikan patin
hidup di perairan umum, sungai, rawa, waduk dan buatan, dengan
perairan agak dalam dan menetap di dasar, untuk dibudidayakan
di kolam ikan patin dapat bertahan dikedalaman 2-3 meter. Sifat ikan patin
ini suka bergerombol dan memijah dimusim penghujan. Jenis tanah yang baik
adalah tanah liat/ lempung tidak berporos, pH 6 - 8, dengan suhu 26 -28 derajat
celsius, air untuk budidaya ikan patin harus jernih tidak boleh keruh,
kandungan oksigen 2 – 5 ppm, CO2 tidak lebih dari 12 ppm, kecerahan air 30 – 45
cm, ikan patin baik dibudidayakan pada ketinggian 0 – 200 meter diatas permukaan
laut (dpl).
Ikan patin termasuk ikan yang beraktifitas dimalam
hari atau noctural. Ia termasuk ikan demersal atau ikan dasar. Secara fisik
bentuk muluutnya yang lebar persis seperti ikan demersal lain seperti ikan lele
dan ikan gabus. Malam hari, ia akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan
renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai, jenis-jenis siput dan
biji-bijian.
Ikan
patin yang dapat
ditangkap dengan pancing
adalah Ikan patin liar yang merupakan ikan patin dari jenis
Pangasius djambal, yang secara alamiah terdapat di tiga sungai besar
dijawa, yaitu sungai Citarum, sungai Bengawan Solo, dan sungai Brantas. Model
rangkaian pancing untuk ikan ini bisa menggunakan pelampung atau glosor (tanpa
pelampung) karena
ikan patin mempunyai sifat bentopelagik (hidup didasar sungai, tetapi secara
periodik/berinterval menyembul ke atas permukaan) Umpan yang dipakai bisa
beragam mulai dari cacing, pellet, roti tawar, adonan pellet (pellet yang
resepnya seperti mancing di kolam pancingan).
Untuk
ikan patin yang dibudidayakan di keramba, pemanenan dilakukan dengan
menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat pemanenan harus
hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga
jual ikan. Penangkapan langsung menggunakan
tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau
duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum
dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen
dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap
hidup dan tidak stress.
Untuk
pemanenan pada pemeliharaan di kolam tanah, dilakukan dengan cara mengeringkan
kolam hingga air yang tersisa hanya di kemalir saja. Ikan yang berada
di kemalir diambil dengan menggunakan jaring. Ikan digiring ke arah saluran
pembuangan kemudian diangkat dan ditampung pada tempat penampungan. Penangkapan ikan dengan
menggunakan jala sebaiknya tidak dilakukan karena akan mengakibatkan ikan
mengalami luka-luka.
C. Pengolahan Ikan Patin
Ikan
patin cukup populer dimasyarakat.
Ikan
ini menjadi salah satu ikan konsumsi favorit masyarakat Indonesia. Patin termasuk ikan konsumsi air tawar yang mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi. Ini dikarenakan daging mempunyai citarasa yang lezat
dan enak sehingga ikan ini mendapatkan tempat tersendiri dihati para pecinta
kuliner. Tidak mengherankan jika banyak restoran-restoran yang menyajikan masakan
ikan patin sebagai masakan andalan mereka.
Patin
disajikan dengan cara digoreng, dipepes, dibakar ataupun dijadikan sup
patin. Salah satu masyarakat yang
menyajikan masakan patin sebagai masakan istimewa adalah masyarakat Sumatera, yaitu masakan patin asam
pedas yang menjadi makanan favorit masyarakat Sumatera.
Ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran
per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto
dan Amri, 2002). Beberapa
kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi yang berprospek
cerah untuk dibudidayakan. Selain dimanfaatkan sebagai daging segar
juga bisa dimanfaatkan sebagai makanan
olahan.
Berbagai bentuk dan jenis daging olahannya saat ini sudah memasyarakat, seperti martabak patin, pastel
kembang patin, pring roll patin, kongtin (Singkong dicampur daging patin), fish
nugget, sosis dan fish stick. Sektor perikanan khususnya
budi daya ikan patin diharapkan menjadi tumpuan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi krisis
ekonomi global.
D. Pemasaran Ikan Patin
1. Jalur Pemasaran
Produk
Rantai tata niaga ikan patin sangat ringkas dan
efisien, sehingga harga yang diterima pembudidaya sekitar 80 – 90% dari harga
yang dibayar konsumen. Pemasaran
produk oleh pembudidaya dilakukan secara langsung kepada pedagang
pengumpul/agen tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul juga
merupakan pedagang benih ikan, pakan dan peralatan perikanan. Untuk menjamin
stok ikan, pedagang pengumpul memiliki kolam penampungan sementara.
Pedagang pengumpul
menjual ikan langsung baik kepada pengecer di pasar lokal maupun pedagang
pengumpul/agen di luar kabupaten OKI. Pedagang pengecer di pasar-pasar
selanjutnya menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan/warung.
Dalam proses penjualan
ikan, pedagang menyediakan tempat penampungan ikan (kapasitas rata-rata 7 ton
ikan), peralatan panen dan tenaga kerja sedangkan pembudidaya hanya membantu.
Ongkos panen dan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pedagang.
Menurut pedagang, panen dilakukan sendiri untuk memastikan agar ikan yang
dipanen dalam kondisi baik, tidak luka, tidak stres dan tidak kekurangan
oksigen. Dengan penanganan yang baik diharapkan tidak ada ikan yang mati selama
pengangkutan karena ikan yang mati dapat menurunkan harga jual sampai dengan
12,5%.
Pembayaran kepada
produsen menggunakan sistem bayar kemudian dalam tempo satu sampai dua minggu
setelah panen. Ikan patin dijual dalam keadaan hidup dan pedagang pengumpul
mengantarkannya kepada pemesan/pelanggan/agen pengumpul di luar kabupaten.
2.
Kendala Pemasaran
Di tingkat pembudidaya
tidak dijumpai kendala pemasaran, namun di tingkat pedagang kendala pemasaran
adalah kerusakan pada kondisi jalan yang menghubungkan kabupaten OKI dengan
kabupaten atau provinsi lain. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas ikan yang
dijual sehingga harga jual ikan jatuh. Kendala lain adalah adanya persaingan
harga dari pemasok yang berasal dari wilayah lain. Pedagang dari Jakarta mampu
memasukkan ikan patin dengan harga yang lebih rendah dibanding harga ikan yang
ditawarkan oleh pedagang di kabupaten OKI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu
ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis–jenis ikan patin di
Indonesia sangat banyak, ada dua macam ikan patin yang dikenal yaitu patin
local (Pangasius
pangasius) atau sering pula disebut jambal (Pangasius djambal) dan patin Bangkok atau patin Siam (Pangasius
hypophtalamus sinonim P. sutchi). Selain itu, jenis-jenis ikan patin
lainnya antara lain Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius
polyuranodo, Pangasius niewenhuisii.
2.
Ikan patin hidup di perairan umum, sungai, rawa, waduk, dengan
perairan agak dalam dan menetap di dasar, untuk dibudidayakan
di kolam ikan patin dapat bertahan dikedalaman 2-3 meter.
3. Ikan patin yang dapat
ditangkap dengan pancing adalah Ikan patin liar yang
merupakan ikan patin dari jenis Pangasius djambal, Model rangkaian
pancing untuk ikan ini bisa menggunakan pelampung atau glosor (tanpa pelampung). Untuk ikan patin yang dibudidayakan di
keramba, pemanenan dilakukan dengan menggunakan serok atau alat tangkap
lainnya.
Sedangkan Ikan patin yang berada di kemalir diambil dengan
menggunakan jaring.
4. Ikan patin diolah menjadi berbagai macam produk. Berbagai bentuk dan jenis daging
olahannya saat ini sudah memasyarakat, seperti martabak patin, pastel kembang patin, pring roll
patin, kongtin (Singkong dicampur daging patin), fish nugget, sosis dan fish stick. Patin juga disajikan dengan cara digoreng, dipepes, dibakar ataupun dijadikan sup patin.
5.
Pemasaran dilakukan oleh pembudidaya secara langsung kepada pedagang pengumpul/agen,
selanjutnya Pedagang
pengumpul menjual ikan kepada
pengecer di pasar lokal maupun pedagang pengumpul/agen di luar kabupaten OKI.
Pedagang pengecer di pasar-pasar selanjutnya menjual kepada konsumen rumah
tangga dan rumah makan/restourant/warung.
B.
Saran
Ikan patin merupakan ikan komoditi di Indonesia.
Ikan ini memiliki banyak peminat. Ikan patin merupakan salah satu ikan yang tidak
sulit untuk dibudidayakan. Dalam memasarkan ikan patin dalam keadaan segar, sebaiknya
dilakukan secara efisien sehinggadapat mengurangi tingkat kerusakan pada ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alviantoro, Bayuaji. 2014. http://Majalahmesinbisnis.Com/Prospek-Bisnis-Menjanjikan-Komoditas-Perairan-Tawar/ (Akses 20 Februari 2016).
Anonimous. Tidak ada tahun. Mengenal Ikan
Patin. http://www.seputarikan.com
/2014/04/mengenal-ikan-patin-di-indonesia-ikan.html?m=1 (Akses 19 Februari).
Arie,
U. 1996. Teknik Pemijahan Lele Bangkok Alias Si Jambal Siam. Koran Pertanian
Sinar Tani, Nomor 2517-Tahun XXVI. Hal V.
Asmawi, S.
1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Cetakan Kedua. PT. Gramedia, Jakarta. 44
hal.
Djarijah.A.A.2001.
Budidaya Ikan Patin. Kanasius. Yogyakarta 87 hal.
Hardjamulia, A.R. Djajadireja, S.
Atmawinata dan D. Idris. 1981. Pembenihan Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi)
dengan Suntikan Ekstrak Hipofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio). Buletin
Penelitian Perikanan.
Hasibuan, Kahanisa. 2015. Makalah Ikhtiologi
Ikan Pangasius. http://kahanisa.blogspot.co.id/2015/08/makalah-iktiologi-ikan-pangasius.html (Akses 20 Februari 2016).
Hayati,
U. 2004. Keadaan Pembenihan Ikan Patin pada Hatchery Suhaimi di Desa Koto
Masjid Kecamatan 13 Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Usulan Praktek
Umum. UIR. Pekanbaru. 28 hal.
Hernowo.
2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan Besar Serta Solusi Permasalahan. Penebar
Swadaya. Jakarta. 66 hal.
Irwan
, A, H. 2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. CV. Aneka Solo, Solo. 84
hal.
Jangkaru,
Z. 1974. Makanan Ikan Lembaga Penelitian Perikanan Barat. Kotellat, M. A. J.
Whitten,S. N Kartikasar dan Wirjoatmojo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian
Barat dan Sulawesi, Periplus Edition. Bogor. 3 hal.
Khairuman.
2002. Budidaya Ikan Patin Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 89 hal.
Kordik, M.G.H.
2005. Budidaya Ika Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
170 hal.
Lagler,
K.F, 1972. Freshwater Fishery. Biology. Wm. C. Brown Company Publisher.
Dubuque Lowa.
Rahardjo, Andhi. Tidak ada tahun.
Komoditas Budidaya Ikan air Tawar di Indonesia. http://benihikan.net/kabar/komoditas-budidaya-air-tawar-di-indonesia/ (Akses 20 Februari 2016).
Susanto, H dan
Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.
Warintek.
2002. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius). http:// 118.98.213.22/choirul/how/i/ikan/ikan_patin.html (Akses 20
Februari 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar