Selasa, 23 Februari 2016

Komoditi Ikan Air Tawar Patin

Download File: Komoditi Ikan Patin



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015






BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk jenis-jenis ikan. Disamping itu, ikan adalah yang dapat diterima oleh semua orang, semua kalangan, semua negara, semua suku dan agama. Nilai gizi dari ikan berdasarkan hasil penelitian para ahli dapat menigkatkan kesehatan dan kecerdasan, sehingga memakan ikan merupakan salah satu usaha meningkatkan gizi dan kecerdaasan masyarakat.
Indonesia merupakan negara maritim dengan kekayaan sektor perikanan yang sangat melimpah. Selain hasil perikanan laut, potensi dari sektor perikanan juga didominasi oleh perikanan air tawar. Aneka komoditas air tawar baik yang merupakan hasil budidaya maupun  tangkapan alam setidaknya menyumbang 1,1 juta ton dari total keseluruhan 12 juta ton produksi perikanan nasional.
Kebutuhan pasar Internasional akan komoditas hasil perikanan sangat tinggi, hal tersebut seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya kesehatan. Indonesia sendiri sebagai salah satu eksportir hasil perikanan telah mengekspor komoditas hasil perikanan ke berbagai Negara di belahan dunia. Salah satu komoditas yang menjadi unggulan adalah ikan patin.
Ikan patin masih sekerabat dengan ikan Lele dan baung yang merupakan ikan yang memiliki kumis. Patin saat ini dapat dibudidayakan di wadah kolam, karamba atau pun jaring apung. Di jambi ikan ini dibudidayakan dengan baik di dalam kolam dan jaring apun yang tersebar di sepanjang sungai batang hari. Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengandaging hewan ternak.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa saja jenis-jenis ikan patin?
2.      Dimana daerah penangkapan (fishing ground) ikan patin?
3.      Apa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan patin?
4.      Bagaimana pengolahan ikan patin?
5.      Bagaimana pemasaran ikan patin?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis ikan patin.
2.      Untuk mengetahui daerah penangkapan (fishing ground) ikan patin.
3.      Untuk mengetahui alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan patin.
4.      Untuk mengetahui hasil olahan dari ikan patin.
5.      Untuk mengetahui bagaimana pemasaran ikan patin.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Jenis-Jenis Ikan Patin
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis–jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak, ada dua macam ikan patin yang dikenal yaitu patin local (Pangasius pangasius) atau sering pula disebut jambal (Pangasius djambal) dan patin Bangkok atau patin Siam (Pangasius hypophtalamus sinonim P. sutchi).
Selain itu, jenis-jenis ikan patin lainnya antara lain Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodo, Pangasius niewenhuisii. Pangasius hypophtalmus yang dikenal sebagai jambal siam atau lele bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordik, 2005).
Menurut Warintek (2002), kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak diantaranya Pangasius polyuranodo (ikan juaro), Pangasius macronema (ikan Rios, Riu, Lancang), Pangasius micronemus (ikan Wakal, Riuscaring), Pangasius nasutus (ikan Padado), Pangasius nieuwenhuisii (ikan Lawang).
1.    Pangasius pangasius (Pangasius djambal)
Patin jambal memiliki sungut rahang atas jauh lebih panjang dari setengah panjang kepala dan hidung sedikit menonjol kemuka serta mata agak ke bawah.
2.    Pangasius hypopthalmus
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan jenis ikan catfish yang berasal dari perairan Negara Thailand dan Vietnam. Ikan patin merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik pada tahap pembenihan maupun pembesaran. Ikan ini mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1972 (Hardjamulia et al., 1981). Kandungan protein ikan ini cukup tinggi dengan kadar kolesterol yang relatif rendah serta memiliki kandungan kalori, sehingga ikan ini baik untuk dikonsumsi (Khairuman, 2002). Di Indonesia teknik kawin suntik ikan ini mulai dikembangkan sejak tahun 1981 (Hardjamulia et al., 1981).
Bentuk tubuh agak memanjang, kepala berbentuk simetris, badan licin tidak bersisik, mulut agak lebar, mempunyai 2 pasang sungut, mata terletak agak ke bawah. Ikan patin siam dicirikan oleh sirip punggung yaitu D.I.4-7, sirip dada P.I.5-9, sirip perut V.3-8, anal A.30-33, serta mempunyai sirip tambahan adifose fin antara sirip punggung dan sirip ekor, bercagak dengan tepinya agak putih. Antara sirip kiri kanan harus seimbang. Warna  tubunya abu-abu kehitam-hitaman pada bagian punggung mulai dari daerah kepala sampai bagian ekor dan putih keperakan pada bagian perut (BSN, 2000).
3.    Pangasius nasutus
Moncong ikan ini bentuknya runcing tajam dan sangat mencolok. Kumpulan gigi veromine lebarnya tiga kali panjangnya. Matanya sangat kecil (enam kali lebih pendek daripada panjang kepala) dan terletak di atas gari sudut mulut. Jumlah jari-jari siripdubur relatif sedikit. Ketika mulutnya tertutup,gigi-gigi rahang atas terlihat semua. Penyebaran ikan ini di Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia.
4.    Pangasius polyuranodo
Ikan ini dikenal juga dengan sebutan ikan juaro. Tubuhnya berwarna putih seperti mutiara dengan punggung kehitam-hitaman. Bentuk tubuhnya tinggi dengan sirip punggung memiliki tujuh jari-jari lunak dan dua buah jari-jari keras yang salah satu di antara menjadi senjata yang sangat ampuh berupa patil yang sangat kuat. Sirip lemak pada punggungnyakecil sekali, sementara sirip ekornya bercagak simetris.
Sirip duburnya panjang dan memiliki 35-40 jari-jar lunak. Sirip perut memiliki enam buah jari-jari lunak, sedangkan sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang sangat kuat yang juga berfungsi sebagai patil.
Di dekat lubang hidungnya terdaat sungut peraba dari rahang atas yang berpangkaldi sudut mulut dan ujungnya sampai di pangkal sirip dada. Sungut peraba pada rahang bawah pendek. Panjang tubuh dapat mencapai 50cm, hidungnya di sungai-sungai. Penuebarannya di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Thailand.
5.    Pangasius nieuwenhuisii
Gigi veromine dan palatine atau dalam bidang lebar. Tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada memanjang sampai dua pertiga atau tiga perempat jaraknya dari ujung sirip dada. Moncongnya meruncing. Penyebaran ikan ini di Kalimantan Timur.
6.    Pangasius macronema
Ikan ini memiliki sungut yang lebih panjang daripada kepala. Gigi veromine terpisah-pisah, terdapat 37-45 sisir saring tipis pada lengkung insang pertama. Garis di tangah badan dan pada perut jelas terpisah di awal sirip dada. Penyebaran ikan ini meliputi daerah Jawa, Kalimantan, dan Indocina.
7.    Pangasius micronemus
Ikan ini memilikigigiveromine terpisah atau bertemudi satu titik, matanya sangat besar (kira-kira seperempat panjang kepala), moncong berbentuk segi, cuping rahang bawah memanjang daripada membulat, tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada sangat pendek.
Sungut rahang atas memanjang sampai pinggiran belakangmata atau melampauinya.terdapat 13-16 sisir saring pada lengkung insang pertama. Ikan ini terdapat di Kepulauan Sunda dan Thailand
Berikut ini adalah tabel dari berbagai jenis ikan patin yang ada di Indonesia.

Nama Ilmiah
Nama Lokal
Daerah Sebaran
Besar Maks.
Helicophagus waandersii
Patin muncung
Sumatera, Kaltim
50 cm

Pangasius niewenhuisi
Lawang
Jawa, Sumatera, Kalimantan
60 cm

Pangasius polyuranodon
Juaro
Sumatera, Kalimantan
80 cm

Pangasius nasutus
Patin
Jawa, Kalimantan
90 cm

Pangasius jambal
Jambal, Patin
Jawa, Sumatera Kalimantan
>120 cm

Pangasius micronema
Wakal
Jawa, Kalimantan
60 cm

Pangasius macronema
Rioscaring, lancang, Riu, Rios
Kalimantan Barat
20 cm

Pangasius humeralis
Patin
Kalimantan Barat
40 cm

Pangasius lithostoma
Patin
Kalimantan
20 cm


B.  Daerah Penangkapan (Fishing Ground) dan Alat Tangkap Ikan Patin
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Ikan patin liar melimpah di sungai saat musim hujan di lokasi yang relatif dalam, sedangkan saat kemarau hanya terdapat di lubuk-lubuk yang secara historis memang merupakan rumah bagi ikan patin. Saat musim hujan, ikan ini menyebar bermigrasi secara massal dari lubuk-lubuk tempat musim kemarau bersembunyi dan bergerak ke arah hilir. Pada saat inilah ikan ini terlihat dengan jelas populasinya melimpah.
Lokasinya bisa di sembarang tempat, asalkan lebih dalam dibanding rata-rata kedalaman sungai. Kalau musim kemarau mancingnya di lubuk-lubuk konvensional yang memang secara historis ada ikan patinnya, sedangkan saat musim hujan maka wilayah mancingya bisa lebih luas. Saat musim hujan baik mancing siang dan malam hari peluangnya sama saja dalam menaikkan ikan jambal ke pinggir sungai, tetapi saat musim kemarau tiba, mancing malam lebih berpeluang menaikan ikan ini ke darat.
Ikan patin hidup di perairan umum, sungai, rawa, waduk dan buatan, dengan perairan agak dalam dan menetap di dasar, untuk dibudidayakan di kolam ikan patin dapat bertahan dikedalaman 2-3 meter. Sifat ikan patin ini  suka bergerombol dan memijah dimusim penghujan. Jenis tanah yang baik adalah tanah liat/ lempung tidak berporos, pH 6 - 8, dengan suhu 26 -28 derajat celsius, air untuk budidaya ikan patin harus jernih tidak boleh keruh, kandungan oksigen 2 – 5 ppm, CO2 tidak lebih dari 12 ppm, kecerahan air 30 – 45 cm, ikan patin baik dibudidayakan pada ketinggian 0 – 200 meter diatas permukaan laut (dpl).
Ikan patin termasuk ikan yang beraktifitas dimalam hari atau noctural. Ia termasuk ikan demersal atau ikan dasar. Secara fisik bentuk muluutnya yang lebar persis seperti ikan demersal lain seperti ikan lele dan ikan gabus. Malam hari, ia akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai, jenis-jenis siput dan biji-bijian.
Ikan patin yang dapat ditangkap dengan pancing adalah Ikan patin liar yang merupakan ikan patin dari jenis Pangasius djambal, yang secara alamiah terdapat di tiga sungai besar dijawa, yaitu sungai Citarum, sungai Bengawan Solo, dan sungai Brantas. Model rangkaian pancing untuk ikan ini bisa menggunakan pelampung atau glosor (tanpa pelampung) karena ikan patin mempunyai sifat bentopelagik (hidup didasar sungai, tetapi secara periodik/berinterval menyembul ke atas permukaan) Umpan yang dipakai bisa beragam mulai dari cacing, pellet, roti tawar, adonan pellet (pellet yang resepnya seperti mancing di kolam pancingan).
Untuk ikan patin yang dibudidayakan di keramba, pemanenan dilakukan dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan.  Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan.  Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.
Untuk pemanenan pada pemeliharaan di kolam tanah, dilakukan dengan cara mengeringkan kolam hingga air yang tersisa hanya di kemalir saja. Ikan yang berada di kemalir diambil dengan menggunakan jaring. Ikan digiring ke arah saluran pembuangan kemudian diangkat dan ditampung pada tempat penampungan.  Penangkapan ikan dengan menggunakan jala sebaiknya tidak dilakukan karena akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka.

C.  Pengolahan Ikan Patin
Ikan patin cukup populer dimasyarakat. Ikan ini menjadi salah satu ikan konsumsi favorit masyarakat Indonesia. Patin termasuk ikan konsumsi air tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ini dikarenakan daging mempunyai citarasa yang lezat dan enak sehingga ikan ini mendapatkan tempat tersendiri dihati para pecinta kuliner. Tidak mengherankan jika banyak restoran-restoran yang menyajikan masakan ikan patin sebagai masakan andalan mereka.
Patin disajikan dengan cara digoreng, dipepes, dibakar ataupun dijadikan sup patin. Salah satu masyarakat yang menyajikan masakan patin sebagai masakan istimewa adalah masyarakat Sumatera, yaitu masakan patin asam pedas yang menjadi makanan favorit masyarakat Sumatera.
Ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan Amri, 2002). Beberapa kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi yang berprospek cerah untuk dibudidayakan. Selain dimanfaatkan sebagai daging segar juga bisa dimanfaatkan sebagai makanan olahan. Berbagai bentuk dan jenis daging olahannya saat ini sudah memasyarakat, seperti martabak patin, pastel kembang patin, pring roll patin, kongtin (Singkong dicampur daging patin), fish nugget, sosis dan fish stick. Sektor perikanan khususnya budi daya ikan patin diharapkan menjadi tumpuan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi krisis ekonomi global.

D.  Pemasaran Ikan Patin
1.    Jalur Pemasaran Produk
Rantai tata niaga ikan patin sangat ringkas dan efisien, sehingga harga yang diterima pembudidaya sekitar 80 – 90% dari harga yang dibayar konsumen. Pemasaran produk oleh pembudidaya dilakukan secara langsung kepada pedagang pengumpul/agen tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul juga merupakan pedagang benih ikan, pakan dan peralatan perikanan. Untuk menjamin stok ikan, pedagang pengumpul memiliki kolam penampungan sementara.
Pedagang pengumpul menjual ikan langsung baik kepada pengecer di pasar lokal maupun pedagang pengumpul/agen di luar kabupaten OKI. Pedagang pengecer di pasar-pasar selanjutnya menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan/warung.
Dalam proses penjualan ikan, pedagang menyediakan tempat penampungan ikan (kapasitas rata-rata 7 ton ikan), peralatan panen dan tenaga kerja sedangkan pembudidaya hanya membantu. Ongkos panen dan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pedagang. Menurut pedagang, panen dilakukan sendiri untuk memastikan agar ikan yang dipanen dalam kondisi baik, tidak luka, tidak stres dan tidak kekurangan oksigen. Dengan penanganan yang baik diharapkan tidak ada ikan yang mati selama pengangkutan karena ikan yang mati dapat menurunkan harga jual sampai dengan 12,5%.
Pembayaran kepada produsen menggunakan sistem bayar kemudian dalam tempo satu sampai dua minggu setelah panen. Ikan patin dijual dalam keadaan hidup dan pedagang pengumpul mengantarkannya kepada pemesan/pelanggan/agen pengumpul di luar kabupaten.
2.    Kendala Pemasaran
Di tingkat pembudidaya tidak dijumpai kendala pemasaran, namun di tingkat pedagang kendala pemasaran adalah kerusakan pada kondisi jalan yang menghubungkan kabupaten OKI dengan kabupaten atau provinsi lain. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas ikan yang dijual sehingga harga jual ikan jatuh. Kendala lain adalah adanya persaingan harga dari pemasok yang berasal dari wilayah lain. Pedagang dari Jakarta mampu memasukkan ikan patin dengan harga yang lebih rendah dibanding harga ikan yang ditawarkan oleh pedagang di kabupaten OKI.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis–jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak, ada dua macam ikan patin yang dikenal yaitu patin local (Pangasius pangasius) atau sering pula disebut jambal (Pangasius djambal) dan patin Bangkok atau patin Siam (Pangasius hypophtalamus sinonim P. sutchi). Selain itu, jenis-jenis ikan patin lainnya antara lain Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodo, Pangasius niewenhuisii.
2.    Ikan patin hidup di perairan umum, sungai, rawa, waduk, dengan perairan agak dalam dan menetap di dasar, untuk dibudidayakan di kolam ikan patin dapat bertahan dikedalaman 2-3 meter.
3.    Ikan patin yang dapat ditangkap dengan pancing adalah Ikan patin liar yang merupakan ikan patin dari jenis Pangasius djambal, Model rangkaian pancing untuk ikan ini bisa menggunakan pelampung atau glosor (tanpa pelampung). Untuk ikan patin yang dibudidayakan di keramba, pemanenan dilakukan dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Sedangkan Ikan patin yang berada di kemalir diambil dengan menggunakan jaring.
4.    Ikan patin diolah menjadi berbagai macam produk. Berbagai bentuk dan jenis daging olahannya saat ini sudah memasyarakat, seperti martabak patin, pastel kembang patin, pring roll patin, kongtin (Singkong dicampur daging patin), fish nugget, sosis dan fish stick. Patin juga disajikan dengan cara digoreng, dipepes, dibakar ataupun dijadikan sup patin.
5.    Pemasaran dilakukan oleh pembudidaya secara langsung kepada pedagang pengumpul/agen, selanjutnya Pedagang pengumpul menjual ikan kepada pengecer di pasar lokal maupun pedagang pengumpul/agen di luar kabupaten OKI. Pedagang pengecer di pasar-pasar selanjutnya menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan/restourant/warung.

B.  Saran
Ikan patin merupakan ikan komoditi di Indonesia. Ikan ini memiliki banyak peminat. Ikan patin merupakan salah satu ikan yang tidak sulit untuk dibudidayakan. Dalam memasarkan ikan patin dalam keadaan segar, sebaiknya dilakukan secara efisien sehinggadapat mengurangi tingkat kerusakan pada ikan.  


DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Tidak ada tahun. Mengenal Ikan Patin. http://www.seputarikan.com /2014/04/mengenal-ikan-patin-di-indonesia-ikan.html?m=1 (Akses 19 Februari).
Arie, U. 1996. Teknik Pemijahan Lele Bangkok Alias Si Jambal Siam. Koran Pertanian Sinar Tani, Nomor 2517-Tahun XXVI. Hal V.
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Cetakan Kedua. PT. Gramedia, Jakarta. 44 hal.
Djarijah.A.A.2001. Budidaya Ikan Patin. Kanasius. Yogyakarta 87 hal.
Hardjamulia, A.R. Djajadireja, S. Atmawinata dan D. Idris. 1981. Pembenihan Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) dengan Suntikan Ekstrak Hipofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio). Buletin Penelitian Perikanan. 
Hasibuan, Kahanisa. 2015. Makalah Ikhtiologi Ikan Pangasius. http://kahanisa.blogspot.co.id/2015/08/makalah-iktiologi-ikan-pangasius.html (Akses 20 Februari 2016).
Hayati, U. 2004. Keadaan Pembenihan Ikan Patin pada Hatchery Suhaimi di Desa Koto Masjid Kecamatan 13 Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Usulan Praktek Umum. UIR. Pekanbaru. 28 hal.
Hernowo. 2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan Besar Serta Solusi Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta. 66 hal.
Irwan , A, H. 2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. CV. Aneka Solo, Solo. 84 hal.
Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan Lembaga Penelitian Perikanan Barat. Kotellat, M. A. J. Whitten,S. N Kartikasar dan Wirjoatmojo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi, Periplus Edition. Bogor. 3 hal.
Khairuman. 2002. Budidaya Ikan Patin Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 89 hal.
Kordik, M.G.H. 2005. Budidaya Ika Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 170 hal.
Lagler, K.F, 1972.  Freshwater Fishery. Biology. Wm. C. Brown Company Publisher. Dubuque Lowa.
Rahardjo, Andhi. Tidak ada tahun. Komoditas Budidaya Ikan air Tawar di Indonesia. http://benihikan.net/kabar/komoditas-budidaya-air-tawar-di-indonesia/ (Akses 20 Februari 2016).
Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.
Warintek. 2002. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius). http:// 118.98.213.22/choirul/how/i/ikan/ikan_patin.html (Akses 20 Februari 2016).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar